DIALOG SEORANG SARJANA DENGAN PENJUAL SOMAI
Oleh Sunarwan
Matahari tak bersedia menyinari
gelapnya malam.
Hanya sepotong rembulan bertengger
di atas pucuk nyiur.
Sekejap-sekejap tertutup awan
hitam.
Bersama berjalannya asa dan angan
yang kian kabur.
Di bawah temaramnya lampu jalanan.
Seorang pemuda duduk termangu sambil membawa map
merah,
berisi selembar ijazah sarjana dengan nilai
pas-pasan.
Lelah sudah dia melangkah memasuki
perkantoran dan perusahaan.
Pakaiannya telah lusuh berdebu,
sepatunya pun telah berubah warna dan bentuknya.
Selembar ijazah tak mampu mengubah
nasibnya.
Seorang pemuda itu angannya
menerawang menelusuri langit biru.
Suara seruling gembala di
kampungnya sayup-sayup terdengar semakin menjauh
Keindahan suara seruling lenyap
bersama lenyapnya asa
Dia menyesali diri, masa remajanya
telah habis dengan hura-hura dan poya-poya.
Seorang penjual somai datang
menghampiri dengan ramah menyapa, merekapun berdialog.
“wahai anak muda mengapa kamu
tampak bersedih hati dan penyesalan yang mendalam ?”
“ Berhari-hari kubawa ijazahku
untuk melamar pekerjaan , tetapi tak satupun ada lowongan buat ku”
“ Engkau sarjana , mengapa tak kau
ciptakan lapangan kerja untuk dirimu
sendiri ?”
“ Aku tak mampu”
“Engkau bergelar sarjana, tetapi
belum bermental sarjana “
===***====
Bandar Lampung, 27 September 2016
No comments:
Post a Comment