Tuesday, 27 September 2016

DIALOG SEORANG SARJANA DENGAN PENJUAL SOMAI



DIALOG SEORANG SARJANA  DENGAN PENJUAL SOMAI
Oleh Sunarwan

Matahari tak bersedia menyinari gelapnya malam.
Hanya sepotong rembulan bertengger di atas pucuk nyiur.
Sekejap-sekejap tertutup awan hitam.
Bersama berjalannya asa dan angan yang kian kabur.

Di bawah temaramnya lampu jalanan.
Seorang  pemuda duduk termangu sambil membawa map merah,
berisi  selembar ijazah sarjana dengan nilai pas-pasan.
Lelah sudah dia melangkah memasuki perkantoran dan perusahaan.
Pakaiannya telah lusuh berdebu, sepatunya pun telah berubah warna dan bentuknya.
Selembar ijazah tak mampu mengubah nasibnya.

Seorang pemuda itu angannya menerawang menelusuri langit biru.
Suara seruling gembala di kampungnya sayup-sayup terdengar semakin menjauh
Keindahan suara seruling lenyap bersama lenyapnya asa
Dia menyesali diri, masa remajanya telah habis dengan hura-hura dan poya-poya.

Seorang penjual somai datang menghampiri dengan ramah menyapa, merekapun berdialog.
“wahai anak muda mengapa kamu tampak bersedih hati dan penyesalan yang mendalam ?”
“ Berhari-hari kubawa ijazahku untuk  melamar pekerjaan , tetapi tak satupun  ada lowongan buat ku”
“ Engkau sarjana , mengapa tak kau ciptakan  lapangan kerja untuk dirimu sendiri ?”
“ Aku tak mampu”
“Engkau bergelar sarjana, tetapi belum bermental sarjana “

  ===***====
Bandar Lampung, 27 September  2016

No comments:

Post a Comment