Wednesday, 17 February 2016

PENYESALAN YANG BERKEPANJANGAN



PENYESALAN YANG BERKEPANJANGAN
Oleh Sunarwan

Terdengar lagu-lagu cinta dan nestapa  karya manusia
Indah alunannya , banyak orang terhanyut dan terbuai jiwanya
Namun alunan itu tak mampu menggetarkan hati dan jiwa Si Tua
Mungkinkah hati dan jiwanya  bisu dan membatu

Suara lantunan kitab suci terdengar dan teresapi
Sangat jauh melebihi indahnya gemercik air pegunungan yang bening
Percikannya menyetuh dedaunan bak taburan mutiara-mutiara cinta
Sejuk dan damainya menerebos relung-relung jiwa
Bergetar lembut sukma dengan kasih cinta

Si Tua mendengar , meresapi suara lantunan kitab suci
Getaran hati dan jiwa semakin menjadi
Matanya berkaca-kaca tak disadari
Menetes satu persatu hingga menganak sungai

Si Tua mendengar , meresapi suara lantunan kitab suci
Dia telusuri langkah lakunya masa lalu
Terpampang jelas debu-debu amal  dan gunung-gunung dosa
Perasaannya semakin terbelenggu  dalam penyesalan laku

Si Tua mendengar , meresapi suara lantunan kitab suci
Tatkala mendengar berita neraka  yang maha dahsyat
Tempat penyiksaan yang abadi tak kenal mati
Si Tua tergoncang jiwanya dan semakin tak berdaya
Disadari  sisa-sisa usianya tak mampu menebus  segala dosa

Si Tua menatap harta benda dunia  yang dikumpulkan selama ini
Mobil-mobil mewah berjajar  di garasi rumahnya yang megah
Ada yang hasil korupsi , kolusi dan upeti
Pupus sudah segala pongah, yang tinggal hanya resah dan gelisah


Wajah Si Tua semakin pucat pasi
Mobil-mobil mewah berjajar  di garasi rumahnya yang megah kelak menjadi bukti
Seluruh anggota tubuh menjadi saksi, sedang mulut terkunci
Tatkala menghadapi pengadilan yang maha adil tak kenal suap menyuap dan kolusi

Wajah Si Tua semakin pucat pasi
Seluruh tubuhnya semakin lemas gemetar dan bermandikan peluh
Tulang-tulang dan  raganya semakin rapuh
Dia  terhuyung-huyung dan jatuh
Dalam penyesalan yang berkepanjangan
===***====
Bandar Lampung, 17 Februari 2016

No comments:

Post a Comment