PENYESALAN YANG BERKEPANJANGAN
Oleh Sunarwan
Terdengar lagu-lagu cinta dan nestapa karya manusia
Indah alunannya , banyak orang terhanyut dan terbuai
jiwanya
Namun alunan itu tak mampu menggetarkan hati dan
jiwa Si Tua
Mungkinkah hati dan jiwanya bisu dan membatu
Suara lantunan kitab suci terdengar dan teresapi
Sangat jauh melebihi indahnya gemercik air pegunungan yang bening
Percikannya menyetuh dedaunan bak taburan
mutiara-mutiara cinta
Sejuk dan damainya menerebos relung-relung jiwa
Bergetar lembut sukma dengan kasih cinta
Si Tua mendengar , meresapi suara lantunan kitab
suci
Getaran hati dan jiwa semakin menjadi
Matanya berkaca-kaca tak disadari
Menetes satu persatu hingga menganak sungai
Si Tua mendengar , meresapi suara lantunan kitab
suci
Dia telusuri langkah lakunya masa lalu
Terpampang jelas debu-debu amal dan gunung-gunung dosa
Perasaannya semakin terbelenggu dalam penyesalan laku
Si Tua mendengar , meresapi suara lantunan kitab
suci
Tatkala mendengar berita neraka yang maha dahsyat
Tempat penyiksaan yang abadi tak kenal mati
Si Tua tergoncang jiwanya dan semakin tak berdaya
Disadari sisa-sisa usianya tak mampu menebus segala dosa
Si Tua menatap
harta benda dunia yang dikumpulkan selama
ini
Mobil-mobil mewah
berjajar di garasi rumahnya yang megah
Ada yang hasil
korupsi , kolusi dan upeti
Pupus sudah segala pongah, yang tinggal
hanya resah dan gelisah
Wajah Si Tua semakin pucat pasi
Mobil-mobil mewah
berjajar di garasi rumahnya yang megah
kelak menjadi bukti
Seluruh anggota
tubuh menjadi saksi, sedang mulut terkunci
Tatkala
menghadapi pengadilan yang maha adil tak kenal suap menyuap dan kolusi
Wajah Si Tua semakin pucat pasi
Seluruh tubuhnya semakin lemas gemetar dan
bermandikan peluh
Tulang-tulang dan raganya semakin rapuh
Dia terhuyung-huyung
dan jatuh
Dalam penyesalan yang berkepanjangan
===***====
Bandar Lampung, 17 Februari 2016
No comments:
Post a Comment