PERADABAN
YANG TERNODA
Puisi
ini terinspirasi maraknya berita tentang bayi-bayi yang dibuang oleh orang
tuanya, anak-anak yang teraniaya dan disiksa, Orang tua yang berperilaku
melebihi binatang terhadap anaknya. Pembantu rumah tangga yang diperlakukan tak
senonoh oleh majikannya.
PERADABAN
YANG TERNODA
Oleh Sunarwan
Mungkinkah
usia jagat raya di puncak zenith
Teriknya
membakar segenap isi jagat raya
Kulit-kulit
kemanusiaan mulai melepuh
Dada memanas dan bertambah panas
Jiwa
bergolak dengan bahasa magma
Otak
memanas merontokan rambut
Ubun-ubun
mengeluarkan asap
Seakan
menghilangkan beningnya hati
Mungkinkah
usia dunia telah melewati senja
Ataukah
telah berada di titik nadir
Dinding-dinding
kepedulian semakin bergoncang
Ketajaman
mata jiwa tak lagi sempurna
Kasih
sayang orang tua seakan tinggal dongeng
belaka
Suara-suara
hati kian sepi
Kegelapan
menyelimuti kehidupan
Mungkinkah
usia jagat raya di puncak zenith
Ataukah
usia dunia telah melewati senja
Ataukah
telah berada di titik nadir
Ada
pembantu melahirkan anak tuannya
Ada
ayah menggahi putrinya
Ada
ibu mencampakan bayinya
Ada
anak terpenjara jiwanya dan teraniaya
Anak-anak
hilang kebebasannya
Biadab
!, Biadab! Biadab !
Sungguh
biadab !
Di
atas tumpukan sampah bayi berpasrah
Bayi
merah membusuk bersenyawa dengan bau slokan
Di
pos ronda bayi meronta minta tolong
Di
jalanan bayi tergeletak telanjang
Berselimut
debu –debu kendaraan
Ditemani
rumput ilalang
Biadab
!, Biadab! Biadab !
Sungguh
biadab !
Di
jalanan roh bayi berteriak lantang
Merobohkan
dinding kasih sayang
Merobek tirai peradaban
Mengkoyak-koyak hati nurani
Menggigilkan segenap jiwa
Di
jalanan roh bayi berteriak lantang
Menembus batas semesta
Menembus batas semesta
Ibu.....!
Apa salahku.... !
Ibu
.... ! Apa dosaku ...!
Ibu....
! Kemana kasih sayangmu...!
Ibu
... ! Mengapa kau hinakan aku ....!
Biadab
!, Biadab! Biadab !
Sungguh
biadab !
Di
pos ronda bayi meronta minta tolong
Mengiba minta belas kasihan
Memohon
kehidupan
Meminta
kebebasan
Ibu.....
! susui aku....!
Ibu.....
! Belailah aku ...!
Ibu...
! Peluklah aku ....!
Ibu...
! Bebaskan aku ...!
Biadab
!, Biadab! Biadab !
Sungguh
biadab !
----+***+----
Bandar
lampung, Juli 2015
No comments:
Post a Comment