Tuesday, 7 July 2015

PERADABAN YANG TERNODA



PERADABAN YANG TERNODA

Puisi ini terinspirasi maraknya berita tentang bayi-bayi yang dibuang oleh orang tuanya, anak-anak yang teraniaya dan disiksa, Orang tua yang berperilaku melebihi binatang terhadap anaknya. Pembantu rumah tangga yang diperlakukan tak senonoh oleh  majikannya.


PERADABAN YANG TERNODA
     Oleh Sunarwan

Mungkinkah usia jagat raya di puncak zenith
Teriknya membakar segenap isi jagat raya
Kulit-kulit kemanusiaan mulai melepuh
Dada  memanas dan bertambah panas
Jiwa bergolak  dengan bahasa magma
Otak memanas merontokan rambut
Ubun-ubun mengeluarkan asap
Seakan menghilangkan beningnya hati

Mungkinkah usia dunia telah melewati senja
Ataukah telah berada di titik nadir
Dinding-dinding kepedulian semakin bergoncang
Ketajaman mata jiwa tak lagi sempurna
Kasih sayang orang tua  seakan tinggal dongeng belaka
Suara-suara hati kian sepi
Kegelapan menyelimuti kehidupan

Mungkinkah usia jagat raya di puncak zenith
Ataukah usia dunia telah melewati senja
Ataukah telah berada di titik nadir
Ada  pembantu melahirkan anak tuannya
Ada ayah menggahi putrinya
Ada  ibu mencampakan bayinya
Ada anak terpenjara jiwanya dan teraniaya
Anak-anak hilang kebebasannya
Biadab !, Biadab! Biadab !
Sungguh biadab !

Di atas tumpukan sampah bayi berpasrah
Bayi merah membusuk bersenyawa dengan bau slokan 
Di pos ronda bayi meronta minta tolong
Di jalanan bayi tergeletak  telanjang
Berselimut debu –debu kendaraan
Ditemani rumput ilalang
Biadab !, Biadab! Biadab !
Sungguh biadab !

Di jalanan roh bayi berteriak lantang
Merobohkan dinding kasih sayang
Merobek  tirai peradaban
Mengkoyak-koyak  hati nurani
Menggigilkan  segenap jiwa

Di jalanan roh bayi berteriak lantang
Menembus batas semesta
Ibu.....! Apa salahku.... !
Ibu .... ! Apa dosaku ...!
Ibu.... ! Kemana kasih sayangmu...!
Ibu ... ! Mengapa kau hinakan aku ....!
Biadab !, Biadab! Biadab !
Sungguh biadab !

Di pos ronda bayi meronta minta tolong
Mengiba  minta belas kasihan
Memohon kehidupan
Meminta kebebasan
Ibu..... ! susui aku....!
Ibu..... ! Belailah aku ...!
Ibu... ! Peluklah aku ....!
Ibu... ! Bebaskan aku ...!
Biadab !, Biadab! Biadab !
Sungguh biadab !
----+***+----
                                 Bandar lampung,   Juli 2015

No comments:

Post a Comment