Sunday, 7 June 2015

CERITA TIGA ANAK KEMBAR



Kecacatan fisik bukan penghalang untuk maju.
Kebersamaan saling bantu  akan membawa kebahagiaan dan keberhasilan.
Setiap cobaan bila dihadapi dengan tabah, ikhlas  dan tawakal kepada Tuhan, maka cobaan itu akan berlalu diganti dengan naiknya derajat manusia yang mengalaminya.
Semakin banyak bersyukur kepada Tuhan, maka nikmat yang kita terima semakin bertambah.
Kisah tersebut  dapat dibaca dalam cerita singkat yang berjudul “ TIGA ANAK KEMBAR”




TIGA ANAK KEMBAR

Dalam suatu perkampunan ada satu keluarga yang belum lama berkabung, karena pemimpin rumah tangga baru seminggu yang lalu meninggal dunia  karena sakit.  Ia meninggalkan seorang istri  bernama Hasanah dan 3 anak kembar bernama  Berdianto  biasa dipanggil Anto, Berdiantman biasa dipanggil Atman, dan Berdiano biasa dipanggil Ano.  Mereka baru berumur 13 tahun  dan baru saja menyelesaikan sekolahnya pada sebuah sekolah dasar di kampungnya.

Satu bulan berikutnya ketiga anak tersebut  duduk di SMP. Sepeninggalan suaminya, usaha  Bu Hasanah  untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ia membuka  toko pakaian di sebuah pasar.  Anto. Atman dan Ano sepulang sekolah  selalu membantu  usaha ibunya dengan rajin dan tekun, sehingga tokonya  sangat maju.

Enam bulan  sudah berlalu ayah  ketiga anak kembar itu meninggalkan mereka , cobaan hidup datang kembali. Di pasar tempat mereka berusaha dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari terjadi kebakaran termasuk toko Bu Hasanah karena arus pendek listrik.  Barang-barang di toko  masih ada sedikit yang mampu diselamatkan.  Akan tetapi Anto dan Atman menderita luka-luka cukup serius, sementara Ano dan Bu Hasanah  selamat dari peristiwa tersebut.  Kaki Atman tertimpah tembok  sehingga harus diamputasi  kedua  kakinya sebatas lutut , sementara  Anto kedua matanya tertusuk paku hingga  kehilangan pandangannya.  Mereka dengan tabah , ikhlas dan tawakal menerima cobaan tersebut.

Kecacatan Anto dan Atman tidak menyurutkan niatnya untuk selalu sekolah. Mereka selalu berangkat bersama-sama  , hanya bedanya  sebelum terjadinya tragedi kebakaran  mereka jalan kaki masing-masing, sementara pada saat ini  Atman yang tidak  mampu berjalan digendong oleh Anto yang tunanetra, dan Ano membawa buku milik  Atman , Anto dan bukunya sendiri serta membawa bekal makan siang untuk bertiga. Sekolah tempat mereka belajar pulang  pada pukul 14.00 WIB . Di sekolah tersebut  Ano sangat dikenal karena suaranya yang merdu saat melantunkan adzan sebelum  sholat  dzuhur di masjid  dalam lingkungan sekolahnya. Sepulang sekolah ketiga anak tersebut  membantu usaha ibunya.

Dengan kejadian tragedi kebakaran toko itu Bu Hasanah tetap sabar, tawakal, dan  terus berusaha walaupun tidak dalam toko, tetapi di pinggir jalan  yang sering disebut pedagang kaki lima. Ketika mendengar adzan berkumandang mereka bergegas menutup dagangannya . kemudian memenuhi panggilan tersebut untuk menjalankan sholat. Dalam sholatnya keempat orang tersebut terlihat khusuk. Mereka tidak pernah mengeluh. Menurut mereka segala cobaan dan ujian adalah datangnya dari Alloh dalam rangka mengangkat derajat manusia. Mereka menerima dengan sangat ikhlas, sabar , tawakal , bahkan mereka selalu bersyukur kehadirat Alloh subhana wa ta’ala (swt).

Dua bulan sudah berlalu  mereka  sebagai pedagang kaki lima , karena keuletan dan ketekunan dan kepasrahan kepada Alloh yang tulus ikhlas , kini mereka telah memiliki toko kembali.

Ketiga anaknya setelah pulang sekolah selalu membantu usaha Bu Hasanah dalam melayani pembeli dan beres-beres toko sesuai dengan kemampuan masing-masing.

 Pada suatu ketika Anto, Atman dan Ano  pulang dari sekolah pukul 11.00 WIB, sehingga bekal makan siang belum sempat  dimakan di sekolah.  Setiap melihat ketiga buah hatinya yang selalu rukun , saling  bantu, sholeh ,Bu Hasanah sangat bersyukur dan bangga memiliki tiga anak kembar  walaupun, kedaan fisik kedua anaknya tidak lagi sempurna, tetapi tingkat keimanan, ketakwaan, yang sanyat tinggi, dan budi pekerti yang sangat luhur.  Hal itu tampak pada saat mereka ingin makan siang  bersama di toko, tiba-tiba datang seorang kakek yang sudah sangat tua sekali  meminta makan. Ibu Hasanah segera memberikan jatahnya kepada Kakek itu.  Pada saat memberikan makan aanaknya yang bernama Atman . “ Ibu  mengapa  bekal ibu , ibu berikan kepada kakek itu ? “ ,kata Atman.
“ Atman Ibu masih kuat  menahan lapar, sedangkan kakek itu  lebih memerlukan dibandingkan ibu. “. “ Tidak ibu. Seharusnya  Bekal Atman  yang harus diberikan. Kan Atman  lebih muda dari ibu.” Sahut Atman dengan suaranya yang lemah lembut.
Mendengar percakapan itu Anto mengajukan usul, “ Saudara-saudaraku Atman dan Ano saya ada usul. Bekal jatah kita bertiga saja kita bagi empat, sehingga kita mampu berbagi pahala “
Ibu Hasanah tersenyum  bahagia, demikian juga ketiga anaknya tersenyum  dan mengangguk tanda setuju.  “Sungguh Aku bersyukur ya Alloh Engkau  beri  aku tiga anak kembar , terutama Anto walaupun dia tidak melihat dengan mata kepalanya, tetapi  mata hatinya lebih tajam “, kata ibu Hasanah dalam hati . Melihat kejadian ini Sang kakek berkata dalam hati ,“ Sungguh mulia mereka itu, semoga Alloh SWT selalu mengangkat derajat mereka yang lebih tinggi “, kakek berkata dalam hati.  Kakek itu tak lama kemudian  permisi dan mengucapkan terimakasih.

Kegiatan rutin mereka dalam hal ibadah tidak diragukan lagi. Hal ini tampak pada saat habis sholat maghrib  mereka selalu membaca kitab sucinya (Al Quran).  Selain itu  ketiga anak tersebut kemana-mana selalu bersama-sama dan saling membantu termasuk membantu pekerjaan ibunya. Kehidupan keluarga Ibu Hasanah sangat harmonis dan bahagia.

Kebahagiaan itu tak berlangsung selamanya.Ketika mereka bertiga  telah tamat SMA , Ano terkena penyakit radang tenggorokan yang mengakibatkan  rusaknya pita suara bahkan setelah sembuh Ano tak bisa bicara lagi. Ibu Hasanah, Anto, dan  Atman  sangat sedih.  Tak henti-hentinya mereka memberi nasihat kepada Ano agar selalu tabah, ikhlas dan tetap bertakwa dan bersyukur kepada Alloh.  Ano menerima nasihat itu.  Ano selalu ibadah tepat waktu dan tetap membaca kitab suci  sehabis sholat magrib, walaupun hanya dalam hati.  

Satu bulan berlalu Ibu  Hasanah  menderita  sakit  yang  sangat serius.  Kata Dokter ia terkena sakit kanker payudara yang sudah parah.Pada suatu ketika Ibu Hasanah memanggil ketiga putranya “ Anto , Ano dan Atman...”. “ Saya Ibu “ Jawab mereka berdua dan Ano  hanya mengangguk. “ Rasanya ibu sudah tidak kuat lagi, ibu berpesan kepada kalian seandainya ibu sudah tidak bersama kalian, kalian jangan sekali-kali meninggalkan sholat “. “ Ya, Bu...” Sahut mereka berdua dan Ano mengangguk.  “ selain itu kalian harus  hidup rukun saling bantu” Lanjut Ibu Hasanah.   “ Anto, Atman tolong panggilkan Pak Dokter”, pinta Bu Hahasah.  Anto segera menggen dong Atman  pergi memanggil dokter . Mereka saling bantu termasuk memanggil dokter . Anto tak dapat melihat  dan Atman tak mampu berjalan, dengan Anto menggendong Atman maka mereka dapat melaksanakan tugasnya. Sementara itu  Ano menunggu Ibu Hasanah.
Dokterpun datang memenuhi panggilan ibu Hasanah. “ Ada apa ibu, apa yang dapat saya bantu ? “,kata dokter dengan tutur kata yang penuh kasih  sayang. Memang dokter ini sangat terkenal kebaikan dan keramahannya terhadap pasien.
“ Pak Dokter, saya minta tolong, jikalau saya meninggal dunia tolong mata saya ,saya donorkan untuk anak saya Anto” pinta Bu Hasanah.  “ ya, Bu “ ,kata dokter itu. Selesai bicara  Bu Hasanah  terasa sesak nafasnya, tak lama kemudian iapun meninggal dunia.  Antopun  mendapat donor mata dari ibunya. Kini Anto  dapat melihat kembali.

Setelah empat puluh hari sepeninggal ibunya mereka bertiga berbincang-bincang, bermusyawarah. “ Saudara-saudaraku Atman dan Ano ,kini saya sudah dapat melihat kembali sehingga saya merasa bahagia dan bersyukur kepada Alloh swt. Kebahagiaan ini harus kita  rasakan bersama”, kata Anto. “ Saya masih ingat pesan ibu, kita harus hidup rukun saling bantu” lanjut Anto. Kedua saudaranya itu hanya diam mendengarkan dengan serius. “ Harta warisan dari Ibu masih cukup banyak bagaimana sebagian kita gunakan untuk membeli kaki pasu untuk Atman dan untuk pengobatan Ano. Saya dengar ada dokter ahli tenggorokan yang baru di rumah sakit tempat ibu dirawat tempo hari. Dokter itu lulusan terbaik dari luar negeri” , kata Anto. Kedua saudara Anto yaitu Atman dan Ano  sepakat berkata “ sangat setuju “.

Satu bulan berikutnya  mereka sudah mendapatkan  kebahagiaan kembali. Atman mendapat kaki palsu dan Ano sudah dapat berbicara kembali. Kenikmatan yang mereka peroleh semakin menambah rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bahkan  selain  mereka sholat tepat waktu, selalu membaca kitab suci habis sholat Maghrib, membayar zakat , mereka juga meningkatkan ibadahnya dengan melakukan puasa sunah, sholat dhuha dan lain-lain. 

Mereka bertiga selalu bersyukur  kepada Tuhan tidak hanya dalam ucapan tetapi juga diujudkan dalam perbuatan. Karena itulah Alloh SWT selalu menambah nikmatNya  kepada mereka . Hal ini dapat dilihat dari usaha mereka yang semakin maju, bahkan  mereka dapat menyelesaikan sekolahnya  sampai menjadi sarjana.

Mohon maaf bila ada kesamaan nama dan kejadian  dalam cerita ini. Apabila terjadi itu hanya suatu kebetulan saja dan tidak  ada unsur kesengajaan.


Bandar Lampung, 4 Juni 2015
Penulis  ;  Sunarwan














No comments:

Post a Comment