Kecacatan
fisik bukan penghalang untuk maju.
Kebersamaan
saling bantu akan membawa kebahagiaan
dan keberhasilan.
Setiap
cobaan bila dihadapi dengan tabah, ikhlas
dan tawakal kepada Tuhan, maka cobaan itu akan berlalu diganti dengan
naiknya derajat manusia yang mengalaminya.
Semakin
banyak bersyukur kepada Tuhan, maka nikmat yang kita terima semakin bertambah.
Kisah
tersebut dapat dibaca dalam cerita
singkat yang berjudul “ TIGA ANAK KEMBAR”
TIGA ANAK KEMBAR
Dalam
suatu perkampunan ada satu keluarga yang belum lama berkabung, karena pemimpin
rumah tangga baru seminggu yang lalu meninggal dunia karena sakit.
Ia meninggalkan seorang istri
bernama Hasanah dan 3 anak kembar bernama Berdianto
biasa dipanggil Anto, Berdiantman biasa dipanggil Atman, dan Berdiano
biasa dipanggil Ano. Mereka baru berumur
13 tahun dan baru saja menyelesaikan
sekolahnya pada sebuah sekolah dasar di kampungnya.
Satu
bulan berikutnya ketiga anak tersebut
duduk di SMP. Sepeninggalan suaminya, usaha Bu Hasanah
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari ia membuka toko pakaian di sebuah pasar. Anto. Atman dan Ano sepulang sekolah selalu membantu usaha ibunya dengan rajin dan tekun, sehingga
tokonya sangat maju.
Enam
bulan sudah berlalu ayah ketiga anak kembar itu meninggalkan mereka ,
cobaan hidup datang kembali. Di pasar tempat mereka berusaha dalam memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari terjadi kebakaran termasuk toko Bu Hasanah karena
arus pendek listrik. Barang-barang di
toko masih ada sedikit yang mampu
diselamatkan. Akan tetapi Anto dan Atman
menderita luka-luka cukup serius, sementara Ano dan Bu Hasanah selamat dari peristiwa tersebut. Kaki Atman tertimpah tembok sehingga harus diamputasi kedua
kakinya sebatas lutut , sementara
Anto kedua matanya tertusuk paku hingga
kehilangan pandangannya. Mereka
dengan tabah , ikhlas dan tawakal menerima cobaan tersebut.
Kecacatan
Anto dan Atman tidak menyurutkan niatnya untuk selalu sekolah. Mereka selalu
berangkat bersama-sama , hanya
bedanya sebelum terjadinya tragedi
kebakaran mereka jalan kaki
masing-masing, sementara pada saat ini
Atman yang tidak mampu berjalan
digendong oleh Anto yang tunanetra, dan Ano membawa buku milik Atman , Anto dan bukunya sendiri serta
membawa bekal makan siang untuk bertiga. Sekolah tempat mereka belajar
pulang pada pukul 14.00 WIB . Di sekolah
tersebut Ano sangat dikenal karena
suaranya yang merdu saat melantunkan adzan sebelum sholat
dzuhur di masjid dalam lingkungan
sekolahnya. Sepulang sekolah ketiga anak tersebut membantu usaha ibunya.
Dengan
kejadian tragedi kebakaran toko itu Bu Hasanah tetap sabar, tawakal, dan terus berusaha walaupun tidak dalam toko,
tetapi di pinggir jalan yang sering
disebut pedagang kaki lima. Ketika mendengar adzan berkumandang mereka bergegas
menutup dagangannya . kemudian memenuhi panggilan tersebut untuk menjalankan
sholat. Dalam sholatnya keempat orang tersebut terlihat khusuk. Mereka tidak
pernah mengeluh. Menurut mereka segala cobaan dan ujian adalah datangnya dari
Alloh dalam rangka mengangkat derajat manusia. Mereka menerima dengan sangat
ikhlas, sabar , tawakal , bahkan mereka selalu bersyukur kehadirat Alloh
subhana wa ta’ala (swt).
Dua
bulan sudah berlalu mereka sebagai pedagang kaki lima , karena keuletan
dan ketekunan dan kepasrahan kepada Alloh yang tulus ikhlas , kini mereka telah
memiliki toko kembali.
Ketiga
anaknya setelah pulang sekolah selalu membantu usaha Bu Hasanah dalam melayani
pembeli dan beres-beres toko sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Pada suatu ketika Anto, Atman dan Ano pulang dari sekolah pukul 11.00 WIB, sehingga
bekal makan siang belum sempat dimakan
di sekolah. Setiap melihat ketiga buah
hatinya yang selalu rukun , saling
bantu, sholeh ,Bu Hasanah sangat bersyukur dan bangga memiliki tiga anak
kembar walaupun, kedaan fisik kedua
anaknya tidak lagi sempurna, tetapi tingkat keimanan, ketakwaan, yang sanyat
tinggi, dan budi pekerti yang sangat luhur.
Hal itu tampak pada saat mereka ingin makan siang bersama di toko, tiba-tiba datang seorang
kakek yang sudah sangat tua sekali
meminta makan. Ibu Hasanah segera memberikan jatahnya kepada Kakek
itu. Pada saat memberikan makan aanaknya
yang bernama Atman . “ Ibu mengapa bekal ibu , ibu berikan kepada kakek itu ? “
,kata Atman.
“
Atman Ibu masih kuat menahan lapar,
sedangkan kakek itu lebih memerlukan
dibandingkan ibu. “. “ Tidak ibu. Seharusnya
Bekal Atman yang harus diberikan.
Kan Atman lebih muda dari ibu.” Sahut
Atman dengan suaranya yang lemah lembut.
Mendengar
percakapan itu Anto mengajukan usul, “ Saudara-saudaraku Atman dan Ano saya ada
usul. Bekal jatah kita bertiga saja kita bagi empat, sehingga kita mampu
berbagi pahala “
Ibu
Hasanah tersenyum bahagia, demikian juga
ketiga anaknya tersenyum dan mengangguk
tanda setuju. “Sungguh Aku bersyukur ya
Alloh Engkau beri aku tiga anak kembar , terutama Anto walaupun
dia tidak melihat dengan mata kepalanya, tetapi
mata hatinya lebih tajam “, kata ibu Hasanah dalam hati . Melihat
kejadian ini Sang kakek berkata dalam hati ,“ Sungguh mulia mereka itu, semoga
Alloh SWT selalu mengangkat derajat mereka yang lebih tinggi “, kakek berkata
dalam hati. Kakek itu tak lama
kemudian permisi dan mengucapkan
terimakasih.
Kegiatan
rutin mereka dalam hal ibadah tidak diragukan lagi. Hal ini tampak pada saat
habis sholat maghrib mereka selalu
membaca kitab sucinya (Al Quran). Selain
itu ketiga anak tersebut kemana-mana
selalu bersama-sama dan saling membantu termasuk membantu pekerjaan ibunya.
Kehidupan keluarga Ibu Hasanah sangat harmonis dan bahagia.
Kebahagiaan
itu tak berlangsung selamanya.Ketika mereka bertiga telah tamat SMA , Ano terkena penyakit radang
tenggorokan yang mengakibatkan rusaknya
pita suara bahkan setelah sembuh Ano tak bisa bicara lagi. Ibu Hasanah, Anto,
dan Atman sangat sedih.
Tak henti-hentinya mereka memberi nasihat kepada Ano agar selalu tabah,
ikhlas dan tetap bertakwa dan bersyukur kepada Alloh. Ano menerima nasihat itu. Ano selalu ibadah tepat waktu dan tetap
membaca kitab suci sehabis sholat
magrib, walaupun hanya dalam hati.
Satu
bulan berlalu Ibu Hasanah menderita
sakit yang sangat serius. Kata Dokter ia terkena sakit kanker payudara
yang sudah parah.Pada suatu ketika Ibu Hasanah memanggil ketiga putranya “ Anto
, Ano dan Atman...”. “ Saya Ibu “ Jawab mereka berdua dan Ano hanya mengangguk. “ Rasanya ibu sudah tidak
kuat lagi, ibu berpesan kepada kalian seandainya ibu sudah tidak bersama
kalian, kalian jangan sekali-kali meninggalkan sholat “. “ Ya, Bu...” Sahut
mereka berdua dan Ano mengangguk. “
selain itu kalian harus hidup rukun
saling bantu” Lanjut Ibu Hasanah. “ Anto, Atman tolong panggilkan Pak Dokter”,
pinta Bu Hahasah. Anto segera menggen
dong Atman pergi memanggil dokter .
Mereka saling bantu termasuk memanggil dokter . Anto tak dapat melihat dan Atman tak mampu berjalan, dengan Anto
menggendong Atman maka mereka dapat melaksanakan tugasnya. Sementara itu Ano menunggu Ibu Hasanah.
Dokterpun
datang memenuhi panggilan ibu Hasanah. “ Ada apa ibu, apa yang dapat saya bantu
? “,kata dokter dengan tutur kata yang penuh kasih sayang. Memang dokter ini sangat terkenal
kebaikan dan keramahannya terhadap pasien.
“
Pak Dokter, saya minta tolong, jikalau saya meninggal dunia tolong mata saya ,saya
donorkan untuk anak saya Anto” pinta Bu Hasanah. “ ya, Bu “ ,kata dokter itu. Selesai
bicara Bu Hasanah terasa sesak nafasnya, tak lama kemudian
iapun meninggal dunia. Antopun mendapat donor mata dari ibunya. Kini
Anto dapat melihat kembali.
Setelah
empat puluh hari sepeninggal ibunya mereka bertiga berbincang-bincang,
bermusyawarah. “ Saudara-saudaraku Atman dan Ano ,kini saya sudah dapat melihat
kembali sehingga saya merasa bahagia dan bersyukur kepada Alloh swt.
Kebahagiaan ini harus kita rasakan bersama”,
kata Anto. “ Saya masih ingat pesan ibu, kita harus hidup rukun saling bantu”
lanjut Anto. Kedua saudaranya itu hanya diam mendengarkan dengan serius. “
Harta warisan dari Ibu masih cukup banyak bagaimana sebagian kita gunakan untuk
membeli kaki pasu untuk Atman dan untuk pengobatan Ano. Saya dengar ada dokter
ahli tenggorokan yang baru di rumah sakit tempat ibu dirawat tempo hari. Dokter
itu lulusan terbaik dari luar negeri” , kata Anto. Kedua saudara Anto yaitu
Atman dan Ano sepakat berkata “ sangat
setuju “.
Satu
bulan berikutnya mereka sudah
mendapatkan kebahagiaan kembali. Atman
mendapat kaki palsu dan Ano sudah dapat berbicara kembali. Kenikmatan yang
mereka peroleh semakin menambah rasa syukur mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Bahkan selain mereka sholat tepat waktu, selalu membaca
kitab suci habis sholat Maghrib, membayar zakat , mereka juga meningkatkan
ibadahnya dengan melakukan puasa sunah, sholat dhuha dan lain-lain.
Mereka
bertiga selalu bersyukur kepada Tuhan
tidak hanya dalam ucapan tetapi juga diujudkan dalam perbuatan. Karena itulah
Alloh SWT selalu menambah nikmatNya
kepada mereka . Hal ini dapat dilihat dari usaha mereka yang semakin
maju, bahkan mereka dapat menyelesaikan
sekolahnya sampai menjadi sarjana.
Mohon
maaf bila ada kesamaan nama dan kejadian
dalam cerita ini. Apabila terjadi itu hanya suatu kebetulan saja dan
tidak ada unsur kesengajaan.
Bandar
Lampung, 4 Juni 2015
Penulis
;
Sunarwan
No comments:
Post a Comment